Mengapa Bulukumba Butuh WAJAH BARU

 Wajah Baru Bulukumba 2020
Belakangan ini masyarakat merasa adanya krisis narasi tentang ke mana arah yang dituju oleh Kabupaten ini. Di tengah hingar-bingar pembangunan, masyarakat merasakan kehidupan yang makin berat dan kecemasan terhadap masa depan yang makin meningkat. Mengapa masyarakat sampai merasakan disorientasi akan arah daerah ini?

Krisis narasi ditandai oleh munculnya begitu banyak paradoks, dan melahirkan masalah yang kompleks tapi tidak ada jawaban atas semua masalah itu. Akumulasi dari masalah-masalah yang tidak terjawab akan melahirkan kebingungan dan disorientasi kolektif. Jika referensinya adalah ideologi, struktur nilai, dan sistem politik tidak mampu menjawab paradoks-paradoks itu maka relevansinya seketika hilang. Sebuah narasi baru diperlukan untuk mengurai benang kusut itu, dan menciptakan sebuah cerita kehidupan baru di mana semua elemen terintegrasi kembali dan sungai kehidupan kembali mengalir dalam sebuah arah baru.

Dalam situasi seperti itu pertanyaan akan ditujukan kepada para pemimpin untuk mencari solusi. Jika mereka tidak mempunyai cerita kehidupan baru, maka mereka juga seketika kehilangan relevansi. Itulah awal krisis kepemimpinan: masyarakat kehilangan kepercayaan pada kemampuan pemimpinnya untuk mengurai benang kusut itu. Secara natural mereka akan mencari wajah baru yang punya jawaban atas masalah itu.

Setelah berkutat dengan urusan internal, sudah saatnya kita melihat ke luar dan mencoba memposisikan Bulukumba dalam kancah ekonomi dan politik Nasional.

Sebagai masyarakat kita perlu terus menanamkan dan mengintensifkan kebutuhan untuk berprestasi (need to achieve). Namun, semangat berprestasi itu tidak boleh terbatas untuk kepentingan pribadi seperti yang digambarkan psikolog Amerika David McClelland. Kebutuhan akan pencapaian tersebut harus didasari semangat pertangungjawaban sejarah kita. Mau apa kita dengan hidup ini?

Inilah nilai baru yang berkembang dalam struktur nilai masyarakat sebagai hasil dari demokrasi, kesejahteraan, pendidikan, dan pembauran dengan budaya. Nilai baru ini melengkapi nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya, yaitu agama dan kebersamaan atau kolektivitas. Nilai kolektivitas juga tercermin dari nilai kekeluargaan yang tumbuh dalam kelompok, komunitas atau organisasi, serta dalam praktik gotong-royong. Jadi, kombinasi antara nilai-nilai religiositas, kolektivitas dan kebutuhan berprestasi ini akan menjadi pendorong kemajuan masyarakat Bulukumba dalam masa transisi peralihan ini.

Perjalanan sejarah di hadapan kita adalah gelombang besar yang mempertemukan antara agama, pengetahuan, demokrasi, dan kesejahteraan. Agama membentuk karakter; pengetahuan membentuk kapasitas manusia ; demokrasi menciptakan keseimbangan sosial antara kebebasan dan keteraturan; kesejahteraan adalah output dalam bentuk standar kehidupan yang lebih berkualitas.

Semua tenaga dan pikiran kita harus dicurahkan ke WAJAH BARU. Potensi yang begitu banyak tercerai-berai harus diintegrasikan dan dikolaborasikan untuk kemajuan bersama bagi masyarakat yang kita cintai ini.

Wajah Baru Bulukumba adalah sebuah revolusi cerdas (smart revolution), di mana perubahan besar dijalankan tanpa goncangan sosial besar karena kita menekan tombol-tombol perubahan yang tepat. Revolusi cerdas adalah perubahan besar mengikuti sistem demokrasi yang berlaku. Perubahan itu berjalan tanpa mencederai prosedur dan nilai-nilai demokrasi yang selama ini kita junjung. Yang ditawarkan kepada rakyat adalah arah baru yang akan kita tuju, agar kita menjadi masyarakat yang sejahtera, kuat, berdaya saing, serta mampu berdiri sejajar dengan Kabupaten-Kabupaten lain di Sulawesi Selatan bahkan sampai kanca Nasional.

Solusi bagi krisis narasi dan krisis kepemimpinan adalah lahirnya kepemimpinan yang memiliki visi besar dan mampu menggerakkan seluruh rakyat untuk mencapai visi itu bersama. Pemimpin yang muncul dalam WAJAH BARU ini bukan menawarkan hiburan dan tawa sejenak, tetapi bangunan sistem baru untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Wajah Baru Bulukumba akan membawa kita pada posisi sejajar dengan Kabupaten-Kabupaten di Indonesia karena sejatinya kita punya kekuatan dan kemampuan untuk itu. Kita memiliki potensi demografi, kekayaan alam, posisi geopolitik yang strategis, serta pasar ekonomi yang baik. Sebagai ilustrasi, Bulukumba merupakan kabupaten yang secara demografi berada diselatan yang memungkinkan Kabupaten seperti Sinjai, Selayar, dan Bantaeng. Namun, jika melihat Pendapatan, Bulukumba memiliki pendapatan perekonomian yang kecil ketimbang Kabupaten tetangganya. Padahal dari segi modal sosial, Bulukumba memiliki akumulasi pengalaman demokratisasi yang lebih matang dari ke tiga Kabupaten tersebut. Artinya, potensi itu ada, tinggal bagaimana kepemimpinan yang cakap dapat mengubahnya menjadi hasil yang membawa kesejahteraan.

Kita tidak perlu silau dan larut dalam puji-pujian karena yang harus diwujudkan adalah rasa terima kasih yang tulus dari rakyat seluruhnya. Dengan Wajah Baru Bulukumba, kita akan menulis sejarah kita sendiri dengan tinta keringat kerja keras kita sendiri.

Salam WAJAH BARU
#MJ #AGA #MYA #AS-BN 
 Muhammad Yusuf Ali

0 Response to "Mengapa Bulukumba Butuh WAJAH BARU"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel